Selasa, 24 November 2009

Awas!! Psikopat ada di sekitar kita

Nama : Ghea Khaerunnisaa

NPM : 10080007071

Kelas : A

Masih melekat di pikiran kita, pada kejadian beberapa waktu yang lalu tentang kasus pembunuhan 12 orang yang dilakukan oleh Rian asal Jombang. Berita ini muncul akibat adanya laporan-laporan orang hilang yang kesemuanya itu bermuara pada satu pelaku yaitu Rian. Dan pada akhirnya terkuaklah sudah satu persatu pembunuhan yang dilakukan sang psikopat ini.

Dari sini kita mulai penasaran dan muncul-lah pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan psikopat?. Psikopat secara harafiah berarti sakit jiwa, atau sosiopat karena perilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang terdekatnya. Psikopat berasal dari kata psyche yang berarti jiwa dan pathos yang berarti penyakit. Psikopat tak sama dengan gila karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya

Menurut penelitian, secara perilaku orang yang psikopat berbeda dengan orang normal dan berbeda dari pelaku kriminal yang 'normal'. Tindakannya berbeda secara emosi, motivasi, dan proses berpikir. Perilaku mereka bukan sekedar perilaku impulsif, tetapi setiap perilaku yang ia lakukan, hampir tanpa motivasi atau dimotivasi oleh tujuan yang tidak dimengerti. Selain itu, seorang psikopat mempunyai emosi yang gampang meledak.

Dari artikel lain yang saya baca, ada beberapa ciri psikopat yaitu:

1. Mampu menjadi pusat perhatian. Psikopat pandai berbicara dan melucu. Mampu menempatkan diri sedemikian rupa sehingga orang lain sering menangkap kesan bahwa si psikopat adalah orang yang menarik dan menyenangkan.
2. Egosentrik dan menganggap diri hebat. Seringkali menguasai dan mengatur orang lain. Jika tertimpa kasus atau bernasib sial, psikopat seringkali menganggapnya ketidakberuntungan sementara atau menyalahkan orang lain.
3. Tidak merasa bersalah dan menyesal. Ia merasa perbuatannya itu diakibatkan oleh ulah dan perbuatan orang lain.
4. Hidup sebagai parasit. Memanfaatkan orang lain untuk kepuasan dan kesenangan dirinya.
5. Tidak punya empati. Ia tidak peduli dampak perbuatannya terhadap orang lain.
6. Manipulatif dan curang. Cenderung suka berbohong, menipu dan mempermainkan orang lain. Jika ketahuan berbohong, mereka jarang bingung atau malu, tetapi mengolah lagi cerita lain untuk menutupi kebohongannya.
7. Tidak bertanggung jawab. Cenderung tidak menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan menyerahkannya kepada orang lain. Kerap mangkir dan melanggar peraturan.
8. Impulsif. Kerap mengubah ubah rencananya secara mendadak. Tidak punya komitmen jangka panjang.

Sekitar 1% dari total populasi dunia mengidap psikopat. Sulit dideteksi, dan amat kecil kemungkinan untuk dapat disembuhkan. Seorang psikopat, lebih banyak berkeliaran di dunia bebas seperti layaknya manusia normal, dibandingkan dengan psikopat yang diam di Rumah Sakit Jiwa, penjara, dll. Dan ternyata kategori orang yang mengalami psikopat tidak hanya selalu berhubungan dengan pembunuhan, tetapi orang yang melakukan tindak korupsi tanpa memikirkan akibat dari perbuatnnya itu, dan sebuah peran antagonis yang tanpa belas kasihan menyiksa lawannya , itu merupakan termasuk kedalam kategori psikopat.

Awal seseorang menjadi psikopat adalah, kurangnya merasakan kasih sayang, kesetiaan, empati dan rasa bersalah dari orang-orang di lingkungannya. Ia tidak bisa belajar dari kesalahan yang pernah ia perbuat dan ia tidak pernah mersa bersalah akan hal itu. Seorang psikopat tidak pernah sekalipun memikirkan konsekuensi dari apa yang ia perbuat. Ia akan terus melakukan hal itu berulang kali tanpa ada rasa takut ketahuan lagi dengan cara yang sama tanpa memperdulikan bahwa ia pernah dihukum atas perbuatannya itu. Berbeda dengan orang normal yang akan berulang kali berpikir jika akan melakukannya lagi, tentu dengan cara yang berbeda dan tersembunyi.

Sekarang tinggal kita waspada dan memikirkan apakah di sekitar kita ada seseorang yang memenuhi criteria sebagi psikopat? Atau bahkan kita sendiri yang memenuhi criteria tersebut?? Bersegera-lah temui psikiater. (Peace, Love and Respect)

Dampak Lingkungan Terhadap Psikologis Anak

Nama: Rera Annorista

NPM: 10080007088

Kelas: A

Film The Good Son berdurasi 84 menit ini, mengisahkan dua orang anak yang menjadi psikopat karena dampak dari kejadian-kejadian buruk yang terjadi dalam hidup mereka. Seperti Mark yang selalu berkhayal ibunya belum meninggal dan Henry yang menjadi psikopat karena merasa semua orang selalu memiliki apa yang tidak bisa ia miliki.

Diawali dengan cerita kematian ibu Mark Evans karena kanker yang selama ini dideritanya. Mark yang saat itu masih berusia duabelas tahun begitu terpukul atas kejadian tersebut dan akhirnya selalu mengalami delusinasi bahwa ibunya masih hidup dan selalu berada di dekatnya. Di kala Mark mengalami hal itu, Jack Evans, ayahnya justru harus pindah ke luar kota untuk urusan bisnis sehingga menitipkannya kepada keluarga pamannya, Wallace Evans.

Keluarga Wallace Evans memiliki seorang anak laki-laki, Henry Evans dan anak perempuan, Connie Evans. Karena merasa memiliki teman yang sebaya, Henry dan Mark pun akhirnya berteman akrab dan sering bermain bersama hingga akhirnya Mark mengetahui bahwa Henry bukanlah anak baik seperti yang terlihat dalam keluarganya. Henry diam-diam merokok, bahkan beberapa kali mengajak Mark ikut merokok.

Konflik pada film ini mulai terasa pada saat Mark mulai merasa tidak nyaman dengan tingkah laku Henry yang aneh dan menakutkan. Misalnya, pada saat Henry menceritakan tentang adiknya, Richard Evans yang masih berumur tiga tahun tenggelam di dalam bathtub beberapa bulan yang lalu. Mark merasa bahwa Henry mempunyai sifat antisosial dan suka melakukan kekerasan. Persepsinya ini semakin menguat ketika Henry mengajaknya bermain dengan alat panah yang diciptakannya sendiri.

Henry memang terlihat sebagai anak yang baik dalam keluarga Wallace Evans, namun ia juga mempunyai hobi yang sedikit aneh, yaitu menciptakan alat-alat atau mainan yang bisa membahayakan makhluk hidup lain. Seperti busur panah dengan peluru berupa mur yang ditunjukkan kepada Mark yang akhirnya digunakan untuk membunuh anjing tetangga. Mark yang melihat kejadian tersebut mulai merasa tidak nyaman dan berusaha mengadukan hal tersebut kepada paman dan bibinya. Namun, ia masih mengurungkan niatnya karena Henry berusaha menjelaskan bahwa kejadian tersebut hanyalah kebetulan semata, karena sebenarnya ia tak bermaksud membunuh anjing itu, melainkan hanya untuk menakutinya saja.

Di hari-hari berikutnya, perilaku Henry menjadi semakin aneh dan menakutkan. Ia menunjukkan sebuah boneka berukuran manusia yang ia sebut Mr. Highway kepada Mark. Henry mengajak Mark untuk melakukan hal yang seru dan menegangkan. Ternyata Henry bermaksud untuk melemparkan boneka itu dari atas jembatan penyebrangan jalan ke jalan raya yang di bawahnya dipadati oleh kendaraan. Cara Henry melakukan hal tersebut semakin membuat Mark ketakutan, karena Henry melakukannya tanpa perasaan bersalah sama sekali, seolah-olah ia tidak peduli bahwa tindakannya bisa mengakibatkan banyak jiwa melayang. Akhirnya, di jalan raya tersebut ada sepuluh mobil yang saling bertabrakan karena boneka ciptaan Henry.

Mark sudah tidak tahan untuk mengadukan tingkah laku Henry kepada paman dan bibinya, namun Henry selalu mnghalanginya dengan berbagai macam alasan dan malah memutarbalikkan fakta. Mark lalu menceritakannya kepada Dr. Alice Davenport, psikolog keluarga yang membantu Mark pada saat mengalami delusinasi. Namun Alice tidak mempercayai cerita Mark dan menganggapnya masih mengalami gangguan jiwa.

Bukan hanya mencelakai orang lain saja, bahkan Henry pun berusaha untuk membunuh adiknya sendiri yang masih berusia delapan tahun dengan cara mendorongnya ke lapisan es yang tipis pada saat bermain ice skating hingga adiknya tenggelam dalam genangan air dingin. Mark yang mengetahui kejadian ini akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan pada bibinya, namun Susan tidak percaya dan mengatakan bahwa Henry adalah anak yang baik dan tidak mungkin melakukan hal tersebut.

Klimaks dari film ini terjadi pada saat Susan mulai merasa apa yang dikatakan Mark mengenai Henry adalah fakta, karena makin hari tingkah laku Henry semakin membuatnya curiga. Pada suatu hari, Susan menemukan boneka karet berbentuk bebek yang biasa digunakan Richard untuk mandi di “laboratorium” milik Henry. Susan mulai curiga bahwa Henry lah yang membunuh adiknya sendiri. Pada saat Susan mulai mencari bukti-bukti lainnya, Henry terlihat marah dan dendam pada ibunya. Ia berencana untuk membunuh ibunya.

Henry lalu mengajak ibunya berjalan-jalan dengan alasan ia sudah lama tidak melakukannya. Padahal ia berniat untuk membawa ibunya ke pinggir jurang dan akhirnya Henry mendorong ibunya ke jurang dan berusaha memukulnya dengan batu besar. Namun, Mark tiba-tiba datang dan berusaha menyelamatkan bibinya. Henry yang marah malah mendorong Mark juga. Namun ia ikut terperosok ke jurang. Susan yang sudah diselamatkan Mark berusaha menyelamatkan Henry dan Mark. Saat genggamannya sudah tidak kuat lagi menahan beban keduanya, ia harus memilih salah satu, siapa yang harus ia lepaskan. Akhirnya ia memilih melepaskan Henry.

Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dalam membentuk perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Watson pernah sesumbar:

Give me a dozen healthy infants, well-formed, and my own specified world to bring them up I’ll guarantee to take any one at random and train him to become any type of specialist I might select – doctor, lawyer, artist, merchant – chief and, yes, even beggar – man and thief. Regardless of his talents, penchants, tendencies, abilities, vocations, and race of his ancestors. (J.B Watson, 1934:104).

(Berikan padaku selusin anak-anak sehat, tegap, dan berikan dunia yang aku atur sendiri untuk memelihara mereka. Aku jamin, aku sanggup mengmbil seorang anak sembarangan saja, dan mendidiknya untuk menjadi tipe spesalis yang aku pilih – dokter, pengacara, seniman, saudagar, dan bahkan pengemis dan pencuri, tanpa memperhatikan bakat, kecenderungan, tendensi, kemampuan, pekerjaan, dan ras orang tuanya).

Pesan moral yang bisa diambil dari film ini adalah bahwa anak-anak bisa menjadi ‘orang lain’ yang bukan dirinya selama ini dan peran orangtua begitu penting untuk membentuk kepribadian anak. Sikap orangtua yang cenderung menilai anak dari hal-hal positif saja membuat orangtua menjadi hilang kontrol dan membiarkan anak hidup dengan caranya sendiri sehingga tidak bisa mengetahui apa saja yang terjadi dalam kehidupan anak. Kurangnya perhatian dan pola didik juga ikut berpengaruh untuk membentuk sifat pada anak.

Pesan lain yang juga tak kalah penting adalah oranngtua juga harus menghargai pendapat dan apa yang dikatakan oleh anak. Jangan berusaha tidak mempercayainya karena keidealisan sebagai orangtua. Mungkin saja apa yang dikatakan anak itu adalah hal yang sebenarnya jauh lebih baik daripada pikiran orangtua.

Senin, 23 November 2009

Film Psikopat

Nama : Bagus Nurcahya
NPM : 10080007165
Kelas : A

Tugas Penulisan Artikel

Judul: THE CELL

Sutradara: Tarsem Singh
Pemain: Jennifer Lopez, Vincent Vaughn

APA isi otak seorang psikopat? Apa yang membuatnya memiliki nafsu membunuh yang tak lazim? Pengalaman masa lalu yang pahit ataukah insting yang ganjil? Pertanyaan provokatif inilah yang ingin ditampilkan Tarsem Singh, sutradara film The Cell.

Sepintas lalu, tema ini tampak biasa karena Hollywood sudah sering memperdagangkan tema problem psikopat, katakanlah dalam film The Silence of the Lamb yang menghebohkan itu. Tetapi, ada yang istimewa dalam debut pertama Singh ini.

Sutradara keturunan India ini dikenal sebagai pembuat klip video yang terpincut oleh ihwal science fiction. Film pertamanya yang menggunakan idiom klip video ini dianggap telah memperluas genre film thriller. Yang ia sajikan mirip perpaduan antara The Silence of the Lamb dan Matrix.

Syahdan, seorang pembunuh sadistis bernama Carl Stargher (Vincent Vaughn) tertangkap polisi dalam keadaan koma. Psikopat ini punya kebiasaan aneh luar biasa: ia gemar menculik para gadis dan menyekapnya di sebuah kamar kaca yang tertutup rapat yang secara otomatis didesain akan terpenuhi air. Pada jam-jam tertentu, air akan mancur sehingga sang gadis mati tenggelam. Seluruh proses sekarat didokumentasikan dengan kamera video. Mayatnya yang kaku itu kemudian disetubuhi, lalu dikelantang (diputihkan) agar mirip boneka. Setelah itu, sang mayat yang malang itu dibungkus plastik dan ditenggelamkan di sungai.

Yang menjadi problem adalah, setelah Stargher berada di tangan polisi, masih ada seorang korban yang kemungkinan besar masih hidup. Agen FBI Peter Novak (Vince Vaughn) berusaha menelisik di mana lokasi sel penyekapan, tapi hasilnya nihil. Pelacakan yang dilakukan kemudian adalah mempelajari alam pikiran sang Psikopat. Inilah inti cerita yang mengasyikkan.

Tersebutlah sebuah rumah sakit terapi eksperimental. Rumah sakit ini, meski belum diakui kalangan kedokteran, toh memiliki metode canggih yang memungkinkan seorang terapis masuk ke alam pikiran pasien yang koma. Sejauh ini, para terapis belum pernah mengetuk pintu alam pikiran penderita skizofrenia, apalagi seorang pembunuh. Tapi, Catherine Deane (Jennifer Lopez), seorang terapis di sana, mencoba masuk ke dunia Stargher. Hasilnya? Ia mendapatkan sebuah dunia psikotik dengan imaji-imaji gelap, halusinasi-halusinasi, panorama-panorama dan lanskap-lanskap yang menakutkan.

Di sinilah Singh lahir sebagai sutradara klip video yang menggunakan medium layar besar sebagai sebuah lahan eksperimen. Dia membawa penonton bertamasya ke dunia horor psikopat, yang menampilkan visualisasi bak simulasi virtual komputer yang canggih. Ini tak mengherankan jika lahir dari seorang Singh, yang pernah melahirkan klip video kelompok musik R.E.M, Losing My Religion. Dia begitu piawai menyajikan simbol-simbol yang berbau teologi: dikotomi antara iblis dan kebajikan. Dengan visualisasi semarak khas warna-warna MTV—meski sesekali terasa kenes—panorama yang disajikan oleh Singh bisa mengingatkan kita pada alam surealis lukisan-lukisan Salvador Dali: jam yang berdetak, tangga curam, kuda yang terpotong, dan salib.

Kelemahan The Cell terletak pada skenario. Film ini tak luput dari kisah yang klise. Catherine Deane tersesat di alam petualangan pikiran Stargher. Lalu, Peter Novak, sang agen, bersedia menjadi obyek eksperimen untuk ikut masuk ke alam pikiran Stargher demi membebaskan Deane. Setelah terbebas, Catherine sendiri kemudian nekat kembali lagi mengarunginya karena ia hendak menyembuhkan sang Psikopat. Sebab, dalam petualangan di alam bawah sadar itu Catherine menemukan akar kegilaan Stargher, yaitu lantaran masa kecil Stargher penuh siksaan dari ayahnya. Petualangan di alam surealis ini ditunjang oleh adibusana: pertarungan jahat-baik beraura biblikal dikemas dalam gaya kostum ultrapop. Deane bahkan bergaun bak fantasi malaikat penyelamat atau rohaniwan, sementara Stargher menjelma dalam bentuk halusinasi iblis penguasa kegelapan. Tak mengherankan jika film ini masuk nominasi untuk best make up (tata rias terbaik).

Mengenal Karakteristik Anak Asuh adalah Hal Penting

Dian Tantri Cito Lestari

10080007065

Penulisan Artikel

A


Berawal dari menonton sebuah film yang berjudul Orphan, saya mencoba mengangkat sisi yang penting yang terkadang menjadi hal yang disepelekan oleh para calon orang tua yang mengangkat anak asuh. Ada banyak hal yang membuat seseorang untuk mengangkat anak asuh. Entah karena ia tidak juga mendapatkan keturunan atau karena iba melihat seorang anak kecil yang polos dan tidak memiliki keluarga dan tinggal di suatu panti asuhan.

Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan (Pasal 1 angka 9)

Mengangkat anak bukanlah hal yang mudah terlebih apabila calon anak angkat bukan bayi yang masih belum dibentuk karakter dan kepribadiannya, ada banyak hal yang harus terlebih dahulu dipelajari oleh orang tua asuh tentang calon anak angkatnya. Banyak hal yang harus diketahui oleh calon orang tua angkat.

Mengetahui darimana asal calon si anak angkatnya, bagaimana ia bisa berada di tempat kita mengangkat calon anak tersebut juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya selain prosedur yang mungkin sudah ditentukan oleh pihak panti asuhan. Bisa jadi si anak mempunyai penyakit psikologis atau ada hal lainnya yang juga perlu kita ketahui.

Tentu kita tidak menginginkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Seperti misalnya beberapa kali ada saja berita yang mengagetkan tentang seorang anak angkat yang membunuh ibu angkatnya. Mungkin hal ini terjadi karena sang ibu yang tidak memperhatikan karakter si anak. Tidak dipungkiri baik anak asuh maupun orangtua asuh harus menyesuaikan diri dengan karakter masing-masing.